TSUNAMI PALU


 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar pelatihan sistem peringatan dini dan mitigasi tsunami untuk negara-negara di sepanjang tepian Samudra Hindia. Yang diharapkan bisa mencegah korban berjatuhan, seperti yang terjadi saat tsunami melanda Palu sebelum peringatan dini dikeluarkan.

Pelatihan peringatan dini tersebut secara daring dalam rangkaian Indian Ocean Wave Exercise (IOWave) tahun 2023, agenda rutin dua tahunan BMKG.


"Peristiwa Tsunami Palu tahun 2018, di mana tsunami datang sangat cepat sebelum peringatan dini, memberikan pelajaran penting, masyarakat adalah kunci yang perlu terus dilatih untuk dapat terampil melakukan evakuasi mandiri agar dapat selamat dari bencana," kata Plt. Deputi Bidang Geofisika BMKG Hanif Andi Nugraha dalam keterangan resmi BMKG

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, IOWave23 exercise menggunakan skenario tsunami dari gempa bumi berkekuatan magnitude 9.0 megatrusht Selatan Jawa di kedalaman 10 km.


Pelatihan, lanjutnya, dilakukan serentak di Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Diikuti lebih dari 1.000 orang.


"Latihan ini bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP antar pihak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengisi pemahaman peralatan informasi sehingga melalui pengujian tersebut harapannya dapat mengetahui lebih awal apabila terdapat permasalahan di dalam sistem tersebut," jelas Daryono.


"Namun di samping itu, sistem peringatan Tsunami tidak dapat berhasil baik jika hanya tergantung pada kemampuan monitoring. Penting juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan antara lembaga dan masyarakat," tegasnya.


Hanif menambahkan, sesuai dengan manual IOWave23, mekanisme dan skenario yang telah disepakati oleh Task Team IOWave23 ada 4 dan dilaksanakan pada tanggal 4, 11, 18 dan 25 Oktober 2023. Dengan pusat gempa di Nicobar Island, Pantai Iran, Selatan Jawa dan satu skenario non-tektonik di Kerguelen Island Australia.

Pilihan dari beberapa skenario ini menjadi kesempatan pada negara-negara di Samudra Hindia untuk memilih skenario yang paling terdampak guna menguji SOP dan dilakukan perbaikan untuk diujikan kembali pada skenario berikutnya," kata Hanif.


Dia mengatakan, IOWave menjadi salah satu indikator mewujudkan Tsunami Ready Community. Seluruh masyarakat di wilayah rawan tsunami, ujarnya, harus terlatih dan paham bagaimana merespon warning, baik tsunami Warning ataupun Natural Warning.


"Cita-cita besar untuk mewujudkan zero victims gempa bumi dan tsunami bukanlah hal mustahil yang tidak mungkin diwujudkan. Sepanjang seluruh pihak dapat bersama-sama bergotong royong membangun budaya siaga bencana," cetusnya.


"Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk mengatasinya. Seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media perlu bersinergi untuk terus menggalakkan upaya-upaya mitigasi bencana," pungkas Hanif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PESAWAT JATUH